KOTA MALANG - Dosen, mahasiswa, dan Komunitas Budaya Hurup, Hurip, dan Handar Beny (H3) Desa Mangliawan Kecamatan Pakis Kabupaten Malang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa konservasi sungai Wendit Lanang. Kegiatan Pengabdian Masyarakat tersebut dilakukan sejak bulan Juni.
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat oleh Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel, M.Hum dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) tahun ini melibatkan mahasiswa Antropologi angkatan 2019, yaitu Aileen sebagai bagian dari implementasi mandiri program MBKM.
Komunitas Budaya H3 (Hurup, Hurip, Handar Beny) memiliki banyak kegiatan. Salah satu di antaranya adalah kegiatan konservasi alam yang para anggotanya secara khusus menyusuri sungai untuk memastikan bahwa air yang bersumber dari desa mereka selalu terjamin kebersihan salurannya.
“Kami tertarik melakukan pengabdian di komunitas ini selain karena payungnya adalah komunitas budaya, tetapi juga karena mereka tetap fokus bergerak dalam bidang budaya meskipun aktivitas mereka bermacam ragam. Dalam kegiatan konservasi alam, kami melihat hal yang menarik bahwa mereka tetap menempatkan unsur budaya dalam kegiatan tersebut, ” ungkap Dr. Hipo, Sabtu (22/10/2022).
“Dengan menyusuri sungai, selain untuk merawat kebersihannya, mereka juga membawa misi menggali sejarah dan budaya lintas desa untuk melihat hubungan antar desa yang cenderung dilupakan dalam pembagian wilayah pemerintahan. Hal ini secara budaya sangat menarik untuk dipahami bahwa masyarakat yang terpisah secara wilayah pemerintahan, belum tentu terpisah sejarah budaya, ” sambungnya.
Sementara itu, inisiator dan pendiri komunitas H3 sekaligus pegiat budaya Desa Mangliawan, Orin, menggambarkan bahwa komunitas budaya H3, awalnya berdiri atas dasar keprihatinan terhadap situasi Desa Mangliawan saat itu yang kurang memperhatikan budaya setempat karena banyaknya para pendatang yang tinggal di wilayah ini.
“Kegiatan konservasi alam ini kami lakukan sebagai salah satu bentuk aktivitas budaya. Mungkin banyak orang tidak mengira akan hal ini. Dengan melakukan konservasi sungai, kami berusaha juga untuk melihat sisi sejarah dan budaya desa-desa sekitar. Kami menemukan banyak hal termasuk beberapa situs yang menunjukkan hubungan budaya antara Desa Mangliawan dengan desa-desa lain, ” Orin menjelaskan.
“Dengan temuan-temuan ini, kami berpikir bahwa suatu saat, kami perlu berjumpa dengan masyarakat desa tetangga untuk melakukan sesuatu sebagai bentuk kepedulian kami terhadap budaya desa-desa kami. Kalau bukan kami, siapa lagi?” imbuhnya.
Sementara itu, Aileen, mahasiswa asal Jakarta ini, mengungkapkan bahwa dalam perjumpaan dengan para anggota komunitas H3, dirinya banyak belajar tentang daya hidup budaya yang ada di dalam masyarakat sendiri.
“Semangat itu sudah ada di masyarakat, maka tugas akademisi adalah mendekati dan berdiskusi dengan mereka, lalu melakukan sesuatu bersama untuk semakin menguatkan budaya tersebut, ” tegas Aileen. (dts/Humas UB)
Baca juga:
Asal Usul Suku Kampai Minangkabau
|